Roma
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itulah ibadahmu yang
sejati.
Sejak kecil saya tinggal di sebuah lingkungan dengan masyarakat dari sebuah suku yang sangat rajin menjalani kegiatan ibadah. Dan bukan kebetulan pula tempat tinggal saya sangat dekat dengan sebuah gereja sehingga setiap hari minggu saya selalu menyaksikan banyaknya orang berbondong-bondong datang ke gereja untuk beribadah. Namun pada kesempatan lain saya pun menyaksikan bahwa ternyata orang-orang yang sama masih hidup dalam tradisi sukuisme dengan karakter, kebiasaan dan tutur kata yang sangat bertentangan dengan Firman Tuhan.
Saya kemudian menyadari bahwa ternyata menjalankan kewajiban atau rutinitas sebuah agama sangatlah mudah. Sangatlah mudah untuk bangun setiap hari minggu kemudian bersiap untuk beribadah. Atau mengikuti kegiatan-kegiatan rohani yang menunjukkan kesalehan kita. Dunia mungkin melihat dan memuji kesalehan itu, tetapi bagaimana dengan Allah? Puaskah Allah dengan cara ibadah yang demikian?
Roma 12:1 menjelaskan bahwa ternyata Ibadah bukan sekedar sebuah kegiatan atau rutinitas tetapi Ibadah yang sejati adalah kehidupan yang dipersembahan kepada Tuhan sebagai :
1. PERSEMBAHAN YANG HIDUP. Artinya bukan kekristenan yang suam-suam kuku (sebentar maju, sebentar mundur) atau kekristenan yang cacat (hanya setengah-setengah) juga bukan kekristenan yang mati (tidak mengalami kemajuan dalam iman). Tetapi sebuah kehidupan yang bertumbuh dan berbuah. Penuh semangat di dalam Tuhan, dan terus bergerak maju, menjadi mitra kerja Allah yang pantang mundur untuk menyelamatkan dunia dari kebinasaan.
2. PERSEMBAHAN YANG KUDUS. Artinya tidak menaklukan kehidupan kita pada keinginan daging (pikiran yang masih dipenuhi dengan hal-hal dosa, hati yang masih menyimpan dendam dan kepahitan, mulut yang masih sering mengeluarkan perkataan yang kotor dan sia-sia, dll) itu semua keinginan daging yang minta untuk dilayani, jika kita mengikuti keinginan itu berarti kita belum mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang kudus kepada Tuhan.
3. PERSEMBAHAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH. Yang berkenan kepada Allah adalah saat kita melakukan apa yang Dia kehendaki, bukan apa yang menjadi kehendak kita. Karena kita sering memberi sesuatu yang baik menurut diri kita sendiri tetapi ternyata bukan itu yang Tuhan mau (contoh : Raja Saul – I Samuel 15:21-22). Untuk mengetahui apa yang berkenan kepada Allah, perbanyak waktu untuk diam dalam hadirat Tuhan. Karena semakin sering kita ‘berduaan’ dengan Tuhan, semakin banyak isi hati-Nya yang akan Dia nyatakan kepada kita.
Ibadah bukan sebuah kewajiban, kebiasaan atau rutinitas. Tetapi kehidupan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Kalau kita memberikan harta dan waktu kita untuk Tuhan, pasti masih ada yang bisa kita sisahkan untuk kebutuhan kita dan keluarga. Tetapi ketika kita mempersembahkan kehidupan kita, itu berarti total. Kita tidak bisa lagi menyisahkannya sedikit untuk melakukan keinginan kita. Karena semua sudah dipersembahkan kepada Tuhan. Itulah Ibadah yang sejati.
Komentar
Posting Komentar